Hii , Perokok 4 Kali Lebih Berisiko Kena Penyakit Gusi

Jakarta, Bukan rahasia lagi jika rokok bisa merusak kesehatan. Tak melulu kanker dan impotensi, merokok pun berpengaruh negatif pada kesehatan gigi dan mulut seseorang.
"Perokok berisiko 2,5-4 kali lebih tinggi terkena penyakit gusi bahkan ada yang menyebutkan tujuh kali. Perokok juga 4 kali lebih mungkin mengembangkan penyakit gusi lanjut. Maka dari itu sudahlah berhenti merokok," tutur drg Sandra Olivia, MARS, SpPerio.
Dikatakan drg Sandra, merokok bisa menyebabkan bakteri anaerob pada rongga mulut seperti porphyromonas gingivalis dan prevotella intermedia tumbuh subur. Akibatnya, gusi pun mudah infeksi. Plak pada gigi akibat rokok juga menyebabkan peradangan pada gusi.
Nah, ketika ada masalah pada gusi berupa peradangan (gingivitis) tubuh akan mengeluarkan sinyal berupa kondisi berdarah usai menggosok gigi. Sayangnya, tanda peringatan ini tak dialami oleh para perokok.
"Pada perokok tidak ada tanda awal gingivitis seperti ludah berdarah. Dibersihkan karang giginya juga tidak berdarah. Kalau tidak berdarah justru tidak bagus karena diibaratkan tidak terdapat alert. Nikotin memengaruhi 'tentara' yaitu zat PTM yang berguna sebagai pengingat jika ada kelainan pada gusi, tidak mengeluarkan darah sebagai pengingat," imbuh drg Sandra.
Karena tidak terdapat gejala, sepengalaman drg Sandra justru banyak pasien gingivitis yang muncul dalam keadaan sudah parah. Hal itu ia sampaikan dalam Diskusi Media 'Masalah Gusi Pada Pasien Diabetes dan Perokok' di ANZ Tower, Jakarta, Rabu (29/10/2014).
Tak berhenti sampai di situ, zat-zat pada rokok pun berpotensi mengganggu fungsi normal sel-sel dalam jaringan gusi sehingga aliran darah ke gusi terhambat. Akibatnya, suplai nutrisi ke gusi minim hingga timbullah kerusakan gusi dan tulang."Maka dari itu harusnya perokok sadar kalo dirinya bahkan 7 kali lebih rentan mengalami masalah gigi dan gusi. Selain usahakan berhenti merokok, rajinlah sikat gigi dan lebih rutin bersihkan karang gigi, bisa 3 bulan sekali," imbuh dokter yang praktik di La Denta Specialist Kelapa Gading ini.
Hiperpigmentasi gingiva yang membuat gusi menghitam pun kerap dialami para perokok. Hal ini terjadi karena ada penyerapan berlebih terhadap pigmen pada gusi. Memang, untuk mengatasi kondisi ini bisa dilakukan terapi ablasi di mana bagian hitam pada gusi diangkat sedikit dan nanti akan tumbuh lagi.
"Efek rokok paling parah pada kesehatan gigi dan mulut adalah kanker mulut. Setelah itu jangan kaget kalau Anda perokok, di usia 30-40an gigi mulai goyang, padahal kalau gigi yang sehat di usia 60 tahun masih belum ada yang copot lho," kata drg Sandra.
"Perokok berisiko 2,5-4 kali lebih tinggi terkena penyakit gusi bahkan ada yang menyebutkan tujuh kali. Perokok juga 4 kali lebih mungkin mengembangkan penyakit gusi lanjut. Maka dari itu sudahlah berhenti merokok," tutur drg Sandra Olivia, MARS, SpPerio.
Dikatakan drg Sandra, merokok bisa menyebabkan bakteri anaerob pada rongga mulut seperti porphyromonas gingivalis dan prevotella intermedia tumbuh subur. Akibatnya, gusi pun mudah infeksi. Plak pada gigi akibat rokok juga menyebabkan peradangan pada gusi.
Nah, ketika ada masalah pada gusi berupa peradangan (gingivitis) tubuh akan mengeluarkan sinyal berupa kondisi berdarah usai menggosok gigi. Sayangnya, tanda peringatan ini tak dialami oleh para perokok.
"Pada perokok tidak ada tanda awal gingivitis seperti ludah berdarah. Dibersihkan karang giginya juga tidak berdarah. Kalau tidak berdarah justru tidak bagus karena diibaratkan tidak terdapat alert. Nikotin memengaruhi 'tentara' yaitu zat PTM yang berguna sebagai pengingat jika ada kelainan pada gusi, tidak mengeluarkan darah sebagai pengingat," imbuh drg Sandra.
Karena tidak terdapat gejala, sepengalaman drg Sandra justru banyak pasien gingivitis yang muncul dalam keadaan sudah parah. Hal itu ia sampaikan dalam Diskusi Media 'Masalah Gusi Pada Pasien Diabetes dan Perokok' di ANZ Tower, Jakarta, Rabu (29/10/2014).
Tak berhenti sampai di situ, zat-zat pada rokok pun berpotensi mengganggu fungsi normal sel-sel dalam jaringan gusi sehingga aliran darah ke gusi terhambat. Akibatnya, suplai nutrisi ke gusi minim hingga timbullah kerusakan gusi dan tulang."Maka dari itu harusnya perokok sadar kalo dirinya bahkan 7 kali lebih rentan mengalami masalah gigi dan gusi. Selain usahakan berhenti merokok, rajinlah sikat gigi dan lebih rutin bersihkan karang gigi, bisa 3 bulan sekali," imbuh dokter yang praktik di La Denta Specialist Kelapa Gading ini.
Hiperpigmentasi gingiva yang membuat gusi menghitam pun kerap dialami para perokok. Hal ini terjadi karena ada penyerapan berlebih terhadap pigmen pada gusi. Memang, untuk mengatasi kondisi ini bisa dilakukan terapi ablasi di mana bagian hitam pada gusi diangkat sedikit dan nanti akan tumbuh lagi.
"Efek rokok paling parah pada kesehatan gigi dan mulut adalah kanker mulut. Setelah itu jangan kaget kalau Anda perokok, di usia 30-40an gigi mulai goyang, padahal kalau gigi yang sehat di usia 60 tahun masih belum ada yang copot lho," kata drg Sandra.
0 comments:
Post a Comment